Kita sering menganggap bahwa ukuran kebahagiaan adalah jika semua kebutuhan kita terpenuhi. Semua yang kita inginkan tersedia. Bahkan terkadang semua hal yang berbau materi dan kemewahan menjadi ukuran kekayaan seseorang dalam pergaulan hidupnya di masyarakat.
Padahal, jika kita melihat realita yang ada, orang cenderung mengalami banyak permasalahan hidup akibat terlalu fokus dalam mengejar materi, sehingga, aspek kerohanian atau kekayaan dalam diri seringkali diabaikan.
Apakah salah jika kita bekerja untuk meraih kesuksesan dunia? Jawabannya tentu tidak. Tetapi apakah kita harus mengabaikan kebutuhan spiritual kita?
Ya, kebutuhan spiritual adalah salah satu kebutuhan akan ketenangan hidup dan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dimiliki manusia agar dapat merasakan kebahagiaan. Sehingga, tidak hanya kebutuhan ini menjadi penyeimbang, tetapi bisa juga membantu seseorang memahami makna kehidupan.
Tentu bagi kita yang memiliki kedekatan dengan Tuhan atau aspek spiritual dan keagamaan lebih mudah merasakan ketenangan dan kebahagiaan hidup. Dengan segala apa yang kita miliki, berapapun jumlahnya, tetap akan menjadikan kita bersyukur. Kita tidak lagi memandang bahwa menjadi kaya harus punya segala fasilitas yang mewah, uang dan harta yang melimpah. Bagi kita, sedikit banyaknya tergantung pada cara kita mensyukuri apa yang kita miliki.
Jadi, kita tidak sedang berada dalam kondisi tidak bahagia, karena bisa jadi kita hanya belum bersyukur dengan apa yang sudah kita miliki. Coba perhatikan, berapa banyak orang disekitar kita yang hidupnya jauh dari kemewahan materil, tapi mereka menikmati kehidupan dan kesederhanaan mereka. Itu karena mereka selalu mensyukuri apapun yang mereka miliki. Mereka justru memiliki kekayaan yang banyak orang tidak miliki. Itulah kekayaan spiritual!
(MM)