Kenapa harus shalat? | Kopilogi
Responsive Banner design
Home » » Kenapa harus shalat?

Kenapa harus shalat?




Saya bukanlah orang yang taat beragama. Meski, beberapa tahun terakhir, shalat tak pernah saya tinggalkan. Lho, bukannya dengan shalat wajib lima kali sehari adalah ciri orang yang taat dalam beragama? Jawabannya, bagi saya belum tentu.

Betul bahwa dengan menegakkan shalat tidak akan begitu saja menjadikan kita sebagai orang saleh. Itu baru menjadikan kita muslim. Muslim yang seperti apa itu adalah pilihan. Apalagi jika shalat hanya sebagai penggugur kewajiban.

Apa alasan kita melaksanakan atau tidak melaksanakan shalat? Apakah iming-iming tiket ke surga mungkin? Atau neraka adalah mimpi buruk yang tak boleh jadi kenyataan? Apakah cukup dengan shalat beban di akhirat kelak menjadi ringan? Semua pertanyaan ini boleh saja jadi alasan. Tapi bagi beberapa orang yang saya temui, surga tak serta merta dirindukan, dan neraka masih jadi misteri, itu urusan nanti!

Seringkali, saat adzan berkumandang, muncul beban, keluh, dan kemalasan. Taat itu menyiksa diri. Tidak taat, menipu diri. Sedang, bagi saya yang memilih beragama, ya harus shalat. Lebih sering menunda-nunda, alih-alih mau berjamaah. Asal sujud sudah, selesai perkara.

Karena keseringan begitu, shalat tak pernah terasa nikmat. Singkat, cepat, pura-pura tobat. Tapi, ada hal yang buat saya terkesan. Titik dimana tak semua perkara boleh dijadikan mainan. Hari itu, di masjid yang tak terlalu besar itu, penceramah bilang begini " orang yang tidak mengerjakan shalat adalah orang yang sombong". Kalimat itu begitu menyengat, sangat.

Manusia dianugerahi akal pikiran. Setidaknya, selagi shalat ditunaikan pemberian itu berubah haluan. Dari suatu yang membanggakan, menjadi hal yang memalukan. Betapa tidak, sujud membuat bagian tubuh terhina kita (anus) lebih tinggi dari otak di kepala. Apalagi yang mesti disombongkan orang yang shalat? Pangkat, kedudukan, kecerdasan, kekayaan?

Maka, bagi saya di luar dalil agama, melepas kesombongan adalah kunci agar shalat tetap tegak. Diri kita diuji dengan kerelaan merapatkan kening dan menghamba. Keegoan tak punya tempat lagi ketika semuanya tumpah di lantai sujud. Apa lagi yang mau disombongkan?

Pernah pula, saya bertanya pada kawan, apa yang membuat ia masih enggan melaksanakan shalat. Tak ada maksud menggurui tentunya. " bukankah perilaku lebih penting diperbaiki terlebih dahulu ketimbang beribadah?" kira-kira demikian ia balik bertanya. Boleh pula disederhanakan begini " buat apa sholat kalau tingkah masih biadab?".

Waduh, kalau begitu maunya, saya tak pantas shalat dong? Dan tak akan memulai shalat? Apakah ada manusia yang bebas dari kehinaan dan kesalahan? Apakah umur bisa menjamin manusia berubah dan sempurna akhlaknya? Sementara kewajiban kita, lebih banyak dari umur yang ditetapkan, berapa tahun pun kita hidup tak akan cukup.

" sesungguhnya, shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar" begitu bunyi ayat-Nya. Jika sudah shalat kemudian tak ada perubahan, boleh jadi shalatnya belum sempurna. Perbaiki dan terus perbaiki. Alim ulama bilang begitu. Pada akhirnya, dengan pelan-pelan, kesalahan akan diganti dengan kesalehan.


(Musdin Musakkir)




0 komentar:

Post a Comment

Powered by Blogger.

Terpopuler

Kategori