Mengapa kita harus korupsi? Apakah semua orang bangga bisa korupsi?
"Ayo Kita Korupsi!"
Ayo kita korupsi!
Sebab kekayaan negeri sudah bebas dicuri,
lalu bawa lari ke luar negeri.
Ayo kita korupsi!
sebab tanah yang kita miliki
bukan milik kita lagi.
Ayo kita korupsi!
Sebab para koruptor di negeri ini,
punya bilik mewah di dalam bui.
Ayo kita korupsi!
Sebab katanya, takkan pernah ada hukuman mati.
Ayo kita korupsi!
Sebab hakim dan jaksa yang takut dosa, sudah dikebiri.
Ayo kita korupsi!
Sebab para pencuri tak malu lagi tampil di televisi.
Ayo kita korupsi!
Sebab harga diri kini, lebih murah dari harga sekotak nasi.
Ayo kita korupsi!
Sebab BBM dan tarif listrik sudah bosan kena subsidi.
Ayo kita korupsi!
Sebab Ibu Pertiwi sudah jadi ibu tiri.
Enrekang, 23 Juli 2017
Musdin Musakkir
******
Sekilas puisi di atas nampak provokatif. Tapi, jika ada kejahatan luar biasa yang bisa membuat pelakunya justru mendapatkan perlakuan istimewa dan tetap tersenyum manis di layar tv, itu pasti korupsi. Maka, tidaklah mengherankan jika semua orang berebut kursi hanya untuk korupsi. Apa yang sesungguhnya terjadi?
Saya 100% tidak sepakat dengan tindakan korupsi. Puisi di atas hanyalah menginginkan siapapun yang terlibat korupsi bisa sadar diri. Jelas korupsi adalah kejahatan luar biasa dan akan terus dilakukan apabila para pelakunya selalu dimanja. Ditambah lagi, banyak penegak hukum di negeri ini mulai takut berurusan dengan pencuri kelas mercy.
Pernah saya membaca artikel seorang blogger yang kritis menagih implementasi pasal 1 UUD RI 1945 yang berbunyi " Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara". Ia secara tersirat menyatakan jangan-jangan negara benar-benar telah sengaja memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar sehingga bukannya mereka berjuang menjauhi garis kemiskinan, malah dipaksa setia berada jauh di bawah garis kemiskinannya. Kemiskinan bisa dijadikan sebuah proyek berkedok sosial.
Demikianlah hal tersebut saya komparasikan juga. Jangan-jangan para koruptor sengaja dipelihara oleh negara agar para penegak hukum yang kurang kerjaan, bisa terlihat sibuk dan saling mengklaim prestasi? Tidak, tidak semua penegak hukum seperti itu karena mereka yang takut berbuat dosa, sangat mudah terseleksi dan dieliminasi. Paling beruntung kalau hanya terkena mutasi. Kekhawatiran kita jangan sampai menjadi kenyataan. Suatu saat, semua orang akan bangga melakukan tindakan korupsi seperti sekedar uji nyali karena hukum pun mudah berkompromi.
Tak banyak yang bisa saya ulas di blog ini. Hanya saja, tetap saya merasa perlu untuk mengklarifikasi bahwa saya tidak menganjurkan untuk berbuat korupsi. Harapan saya, korupsi benar-benar bisa diangkat dan dicabut dari akar-akarnya.
0 komentar:
Post a Comment