Maesarah, S.Pd: Setiap Siswa Itu Unik!
Musdin Musakkir
April 23, 2017
No comments
" Ada lagi, setiap siswa itu unik!".
Demikian penggalan kata di hari terakhir yang saya ingat dari Ibu Maesarah, S.Pd., guru pembimbing magang kami di sekolah SMK Negeri 2 Sidenreng, beberapa hari yang lalu. Sekitar 1 minggu, kami mahasiswa program studi Bimbingan Konseling menghabiskan waktu di sana untuk mengamati kultur dan lingkungan sekolah. Tak ketinggalan, pengamatan kami juga menyentuh ranah kompetensi dan pengalaman guru bk sebagai mitra siswa di sekolah.
Beliau beralasan, bahwa permasalahan yang dihadapi siswa sangat kompleks sehingga setiap siswa juga harus mendapatkan perhatian dan pelayanan yang berbeda pula. Hal ini tentu terkait dengan profesi beliau sebagai guru Bimbingan Konseling.
Seperti diketahui, konselor atau guru bk harus punya seni dalam membimbing (to guiding) sebagai nilai plus dan hampir tidak dimiliki oleh guru mata pelajaran. Inilah keunggulan guru bk, ia menjadi jembatan penghubung dengan tujuan yang ingin dicapai peserta didik itu sendiri.
Siswa atau peserta didik, apabila mengalami masalah yang menghambat perkembangan akademiknya maupun pemahaman mengenai dunianya, ia akan cenderung bersikap introvert dengan kata lain menutup diri dan menjauh dari lingkungan sosial.
Tidak hanya itu, siswa juga biasanya melampiaskan ketidakmampuan dirinya berinteraksi dan berkomunikasi dengan memilih keluar dari kehidupan normalnya. Sering juga ditemui siswa bersikap acuh dalam mengikuti setiap pelajaran sehingga tujuan hidupnya akan sulit tercapai. Disinilah "keunikan" tersebut berasal.
Ada pesan lain yang tersirat dari kata-kata terakhir beliau, “menjadi guru BK harus sabar dan peduli.
Sabar bertujuan untuk membentuk pribadi guru BK agar profesional dalam menjalankan tugas dan fungsinya. Banyak orang cerdas tidak mampu mengatasi permasalahannya sendiri hanya karena sulit mengendalikan amarahnya. Sikap tersebut justru akan menjadi bumerang mengingat masalah tidak akan selesai jika dihadapi dengan hati yang gerah. Meski memang sangat manusiawi, tetapi marahpun justru tidak manusiawi jika tidak dilakukan di waktu yang seharusnya. Marahlah misalnya saat gagal meraih prestasi yang membanggakan karena kecerobohan sendiri, atau marah ketika sulit memaafkan kesalahan orang lain.
Terakhir adalah peduli. Masalah peserta didik yang beragam membuat guru BK akan memiliki kepekaan sosial, sense of human. Ia senantiasa akan berusaha memanusiakan manusia, dalam artian menganggap peserta didik sebagai teman bahkan anak. Mereka yang memiliki masalah harus didampingi dan dibantu untuk memahami dirinya dan mencari solusi yang tepat agar kehidupannya menjadi lebih baik.
Guru pembimbing magang saya justru tak kalah unik.
Beberapa saat setelah selesai melaksanakan kegiatan bimbingan kelompok di hari ke-3, beliau mendekati saya yang sedang berdiskusi bersama peserta magang lain, kemudian bertanya:
" Bagaimana pendapatnya mengenai presentasi materi saya tadi di kelas, apa ada yang kurang?".
Saya pun tersenyum sembari bertutur dalam hati " Ibu, ibu...ada ada saja!".
Powered by Blogger.
0 komentar:
Post a Comment