Mungkin di dunia ini, tak ada orang yang tidak pernah menderita sakit. Baik itu sakit biasa, maupun sakit yang sudah tergolong parah. Berbagai carapun dilakukan agar mendapat kesembuhan.
Ya, namanya juga sakit, semua kesenangan maupun kenikmatan jasmaniah sudah tidak dirasakan lagi.
Aktivitas dan rutinitas terganggu. Banyak hal penting justru tertunda. Makan dan minum yang merupakan kebutuhan biologis menjadi kurang nikmat dan terasa hambar dan kurang berselera.
Orang yang sakit pun berusaha berobat seadanya dengan bekal pengetahuan turun temurun ( herbal) ada juga yang mencoba mencari kesembuhan dengan memanfaatkan jasa tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, mantri dan lain sebagainya. Dengan harapan tubuh yang sakit akan segera sehat kembali agar dapat melakukan berbagai aktivitas seperti biasanya.
Demikianlah sakit, kondisi yang mengharuskan kita mengakui bahwa manusia memiliki keterbatasan dalam melakukan sesuatu. Mengakui diri kita tak bisa melakukan segala hal karena kemampuan ada batasnya. Tenaga ada habisnya. Mengakui bahwa kelemahan selalu melekat pada diri. Sekuat apapun kita, sekeras apapun kemauan kita.
Sakit adalah sebuah proses pengakuan diri bahwa manusia tunduk pada suatu ketetapan Tuhan mengenai kekuasaan dan kehendak. Mengajarkan kita untuk selalu menyadari akan kebesaran Tuhan. Mengajak kita untuk selalu bersyukur dengan apa yang dimiliki oleh diri kita, apa yang bisa kita lakukan untuk hidup. Tidak menganggap diri serba bisa tanpa tahu batasan.
Lewat sakit, kita disadarkan untuk menyayangi, menjaga dan merawat diri sendiri agar selalu dapat menikmati ketenangan maupun kebahagiaan hidup. Sebab, kesehatan adalah anugrah yang harus selalu dijaga sebelum Tuhan sewaktu-waktu mengambilnya dan menggantinya dengan sakit.