Menjadi Aktivis merupakan suatu hal yang menyenangkan dan penuh dengan perjuangan. Hal ini karena tidak semua orang bisa menjadi aktivis. Dibutuhkan tekad yang kuat, nyali yang besar dan semangat juang yang tinggi untuk menasbihkan diri menjadi seorang aktivis.
Kadang pula, untuk menjadi aktivis, seorang harus tahan uji dan siap sedia menghadapi hal-hal yang tidak terduga sebagai bagian dari tes mental.
Orang, kalau sudah tahan ujian biasanya dia tidak lagi bisa dikalahkan oleh pengaruh-pengaruh dari luar. Ia punya komitmen untuk mempertahankan ideologinya. Ia akan berusaha semaksimal mungkin melakukan apa yang diperjuangkan dan yang akan disampaikan kepada masyarakat. Singkatnya, aktivis punya misi khusus bagaimana membawa suara atau pendapatnya hingga bisa terwujud.
Sedangkan literasi mengarah kepada kegiatan-kegiatan baca tulis yang tidak hanya sepintas saja tetapi perlu konsistensi. Orang yang suka membaca sekadarnya saja belum layak dikatakan sebagai pegiat literasi.
Nah, kaitannya dengan aktivis, banyak orang yang hanya memahami dalam arti sempit. Aktivis biasanya hanya dipahami sebagai orang yang memperjuangkan suara suara rakyat.
Sedang maksud penulis di sini, aktivis memiliki arti yang sangat kompleks. Mencernanya tidak sebatas melihat persoalan yang ada di masyarakat lalu kemudian mengaitkannya dengan istilah aktivis. Penulis berpendapat bahwa semua segi atau dimensi kehidupan sangat membutuhkan peran aktivis. Walau sebenarnya secara tidak langsung memang sudah ada hal seperti itu ( aktivis) di seluruh bidang kehidupan, tetapi tidak dipahami bahwa itu pun sebenarnya bisa menjadi suatu yang ideologis.
Misalnya, aktivis di dunia literasi, ia tidak hanya memahami persoalan literasi dan seluk beluknya, literasi dengan segala manfaat dan pemanfaatannya, tetapi ia juga harus memperjuangkan segala apa yang menyangkut keberlangsungan literasi atau kegiatan baca tulis itu sendiri.
Banyak orang di luar sana yang menyuruh atau menganjurkan untuk banyak membaca, tapi hanya sedikit yang memperjuangkan bagaimana keberlangsungan kegiatan literasi itu agar tetap ada dan membudaya.
Seperti bagaimana memberdayakan anak-anak yang kurang minat baca tulisnya agar lebih senang meluangkan waktunya untuk mencicipi lembaran demi lembaran buku setiap harinya. Bagaimana mereka yang bahkan tidak memiliki buku sebagai gudang ilmu, dapat dengan mudah membaca di setiap waktu, kapan dan dimanapun.
Intinya, aktivis literasi akan memperjuangkan bagaimana kehadiran literasi, dunia baca tulis agar tetap berdaya, tidak berubah menjadi kegiatan kegiatan momentum saja. Lebih dari itu, kegiatannya terus membumi dan nyata terlihat. Sehingga suatu saat akan ada peristiwa dimana seluruh lini, semua sudut-sudut terlihat orang sedang asyik dengan media bacaan sendiri. Tentu saja, bacaannya adalah sesuatu yang bermanfaat.
Terlebih, untuk menjadi aktivis, harus bisa berjuang. Tahan uji, dan mentalnya harus terasah agar setiap yang diperjuangkan untuk generasi sadar baca akan terwujud.
Kita harap begitu adanya.